Lewat ke baris perkakas

ARJ Gelar Aksi Damai SAVE POLRI dan NKRI Harga Mati.

IMG-20190605-WA0063

vocnewsindonesia.com, Jakarta Ratusan Relawan Jokowi yang tergabung dalam organ ARJ (Aliansi Relawan Jokowi) mengelar aksi Damai Save Polri dan NKRI Harga Mati
di gelar di halaman Mabes polri Selasa 4/6 . Aksi Damai ini di gelar dalam rangka Memberikan Suport Kepada POLRI dan SAVE KAPOLRI agar tetap tegar dan terus semangat menuntaskan kasus kerusuhan otak di belakang aksi 21 – 22 Mei 2019 di Bawaslu RI.

adalah bentuk dukung dari kami kepada polri dan tni yg mana dalam hal ini Polri lebih di pojokan,padahal kita tahu polri sdh bertindak sesuai konstitusi

rangka Memberikan Suport Kepada POLRI dan SAVE KAPOLRI agar tetap tegar dan terus semangat menuntaskan kasus kerusuhan otak di belakang aksi 21 – 22 Mei 2019 di Bawaslu RI.

Dalam Aksi Damai tersebut teragendakan “Kita akan Menarik Spanduk Panjang Berkisar 30 Meter Bertuliskan SAVE KAPOLRI – NKRI Harga Mati.kata Bang Aidil Fitri Ketum ARJ.

Aksi Damai Save Polri dan NKRI Harga Mati, adalah bentuk dukungan dari kami kepada polri dan tni yg mana dalam hal ini Polri lebih di pojokan,padahal kita tahu polri sdh bertindak sesuai konstitusi.”Saya sebagai kordinator ARJ dan Ketum Foreder mendukung penuh agar kapolri pak Tito jgn ragu, tetap tegas bahwa apa yg beliau lakukan saat ini sdh benar…yg mau makar harus di tumpas sampai ke akar akar nya jgn biarkan tumbuh berkembang,. rakyat indonesia sudah jenuh muak dgn para provokator biang kerusuhan di Jakarta. Kata bang Aidil lagi.

TNI dan Polri harus tetap solid dan kuat krn byk provokator yg mencoba memecah belah antar TNI dan Polri

Bisa di bayangkan apa yg terjadi di tgl 21 dan 22 mei itu kalo TNI dan Polri solid Krn saatnya rakyat bergerak mendukung Polri dan TNI

Jangan ragu segera tangkap dalang kerusuhan 21 22 mei Mencari Kambing Hitam Ala Provokator Jalanan

Melihat kenyataan yang ada saat ini, hati kita menjadi miris ketika melihat segelintir orang yang konon dikatakan sebagai tokoh namun justru lebih terlihat sebagai provokator jalanan yang tidak berpendidikan.

Menggunakan atau memakai kalimat yang provokatif untuk memberi spirit positif guna memotivasi seseorang agar dapat bangkit dari keterpurukan adalah salah satu dari sekian banyak contoh positif. Karena, rakaian kata provokatif itu digunakan atau dipakai untuk saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya secara baik dan benar. Tetapi, yang terjadi saat ini justru segelintir orang yang katanya ‘tokoh’ malah merangkai kalimat demi kalimat dengan sengaja untuk memprovokasi orang melakukan tindakan anarkis dan brutal seperti yang terjadi pada kerusuhan bulan Mei lalu.

Ironisnya, para provokator jalanan ini semakin menunjukkan kebodohannya. Dimana, saat ini mereka berusaha mencuci tangannya dengan mencari kambing hitam atas kerusuhan yang mereka ciptakan. Salah satunya, mereka menggunakan logika sesaat yang sesat dengan mengkambing hitamkan Kapolri.

Dengan tujuan, agar tercipta opini di masyarakat bahwa; aksi anarkis dan brutal pada Mei lalu dipicu oleh tindakan represif aparat kepolisian. Dengan harapan, masyarakat dapat dengan mudah percaya begitu saja. Sehingga, pada akhirnya mereka dapat menggulinggkan Presiden RI setelah Kopolri yang tegas melawan intoleransi, radikakisme dan terorisme dicopot dari jabatannya.

Semua masyarakat sudah mengetahui bahwa; aksi anarkis dan brutal itu bukan dipicu oleh Kapolri beserta jajarannya. Tetapi, rentetan persoalan itu dimulai sejak provokator jalanan ini secara terstruktur, sistematis dan masif mengatakan pemilu curang. Padahal, saat itu pemilunya belum dimulai. Dan, sudah dikatakan curang.

Lebih bodohnya lagi, provokator jalanan ini justru berani mengatakan pemilu curang secara terstruktur, sistematis dan masif. Faktanya, provokator jalanan itu sendiri yang secara terstruktur, sismatis dan masif mengkampanyekan pemilu curang.

Oleh karena itu, sangatlah naif jika provokator jalanan itu mengkambing hitamkan Kapolri dari rentetan persoalan yang terjadi karena sebab akibat yang dibuatnya sendiri. Karena, semua peristiwa yang terjadi saat ini adalah sebuah mata rantai pemilu. Dan, tidak bisa dipisahkan begitu saja.

Kalau kita mau bicara obyektif, maka seharusnya kita meminta pertanggung-jawaban Gubernur DKI. Karena, aksi anarkis dan brutal yang berakhir rusuh terjadi diwilayah hukum Provinsi DKI Jakarta. Dan, seharusnya Gubernur DKI Jakarta sudah koordinasi dari awal dengan Polri TNI untuk mengantisipasi para perusuh dari luar kota yang ingin memporak-porandakan DKI Jakarta.

Karena, sudah kewajiban Gubernur DKI menjamin keamanan dan kenyamanan warganya.tandas Bang Aidil.

Aidil Fitri : Ketum ARJ
Haidar Alwi : Penanggung jawab ARJ
Lisman Hasibuan : Kordinator Aksi ARJ

Berikut YouTube streaming Para Ketum Organ Relawan yang Tergabung dengan Aliansi Relawan Jokowi (ARJ).

vocnews-MNRN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *